Tangan-tangan terampil warga Gintangan mampu menaikkan taraf kehidupan dan ekonomi kampung tersebut. Sudah tak terhitung, berapa rupiah atau bahkan dollar mengalir ke desa tersebut. Deretan showroom kerajinan bambu juga mendominasi ruas jalan utama di desa tersebut.
Warga mengambil peran masing-masing dalam proses produksi kerajinan anyaman bambu. Ada yang beruntung menjadi juragan kerajinan dan punya koneksi pasar yang banyak. Ada juga yang kebagian peran sebagai tenaga penjual kerajinan, tenaga pembuat hingga tenaga pencari bahan baku. Yang jelas, anyaman bambu sudah cukup banyak menghidupi denyut nadi ekonomi desa ini.
Salah satu sosok yang cukup lama berkutat dengan kerajinan anyaman bambau asalah Abdul Hamid. Dia mencoba menyalurkan kreatifitasnya di dunia seni dalam berbagai bentuk kerajinan bambu. Dia juga melakukan modifikasi bambu dan rotan.
Abdul Hamid bekerja dengan mengedepankan kreasi yang ramah lingkungan. Tidak mengherankan, bila ketersediaan sumber daya alam tersebut kemudian mampu disulapnya menjadi aneka bentuk kerajinan menarik. Mulai dari tudung saji, keranjang minuman, tempat makanan, hingga lampu hias pun dihasilkan lewat tangan terampilnya.
Hal ini kemudian membuat usahanya terus tumbuh. Permintaan pasar yang menyukai produksi rumah seninya terus bertambah. Berbagai order pesanan sampai tawaran kerjasama pun mulai membanjiri buku catatannya.
Kondisi tersebut tidak lantas membuat Hamid besar kepala. Dia tetap berusaha memperhatikan kualitas, sembari terus memperhatikan segmen pasar yang selama ini dianggap telah membesarkan usahanya. Adalah Bali dan Kutai, Kalimantan Timur masih menjadi sentra pemasaran hasil produksi kerajinannya selama ini.
Lirikan usaha yang ditujukan kepada hasil produksinya tidak terlalu berlebihan. Mengingat kualitas produk cukup membanggakan. Belum lagi didukung harga yang relatif terjangkau. Cukup merogoh kocek kisaran Rp 5.000 hingga Rp 200.000, kerajinan khas Desa Gintangan ini bisa didapat.
Inilah kemudian yang membuat kerajinnnya mulai dilirik investor asal luar daerah bahkan luar negeri. Bersama koleganya, dia tengah membidik pasar luar negeri untuk pemasaran hasil kerajinannya. Abu Dhabi menjadi target pasar yang dibidik Hamid, untuk bisa memasarkan aneka barang kerajinannya. "Sekarang saya tengah menyelesaikan pesanan untuk kerjasama pembuatan kerajinan untuk dibawa ke Abu Dhabi," katanya.
Segmentasi pasar luar negeri, diakui Hamid memang masih terbuka. Sebab selama ini, aneka kerajinannya memang baru sebatas pasar domestik. Maka ketika ada kesempatan dan tawaran untuk menembus pasar mancanegara, dia pun tidak melewatkannya.
Berbagai siasat pun dilakukannya. Termasuk menambah jumlah tenaga kerja. Sampai saat ini, Hamid telah memperkerjakan lebih kurang 25 orang untuk memenuhi target produksi pasar luar negeri tersebut. Tenaga tersebut bisa saja bertambah bila kemudian pesanan di kemudian bertambah.
Untuk urusan bahan baku, Hamid tidak perlu terlalu pusing memikirkannya. Sebab keberadaannya masih cukup melimpah dan mudah didapat. Bahan utama seperti bambu masih dipasok dari dalam kota sendiri. "Jenis bambu apus disini masih banyak jadi tidak khawatir," katanya.
Sedangkan untuk bahan baku rotan, Hamid masih mengandalkan pasar luar kota seperti Surabaya. Tidak mengherankan, bila pasang surut usaha yang dirintis bersama ayahnya sejak 1973 itu, telah dirasakan cukup panjang dan membutuhkan kesabaran. Bersama perajin lainnya, dia bertekad untuk menjadikan Banyuwangi sebagai kota seni, sekaligus memromosikan Gintangan sebagai desa kunjungan wisata kerajinan. (nic/bay)
salam kenal kang, isen yo lare oseng pisan, malah isen umae parek teko gintangan. umae isen nang gladag kang, peno nang dai?isen cumo pengen ngomentari, riko iki pelisanne opo cuma wong siji tok ta, Abdul Hamid tok ikau? tolong kadung biso pelisanne ojo siji tok, tambaono maneng, kadung biso kabeh kang due sanggar iku yo takonono. kesuwon, salam kenal teko isen VIAND/ARIES Gladag
BalasHapusOy...isen kuliah nang Jember (UNEJ), riko kuliah nang dai?
alhamdulilah kang, isun bangga dadi lare gintangan. kesuwuun wes nyebaraen kabar apik (tentang) deso gintangan.terimakasih mas iwan saya murid sampean tahun angkatan 2015, tepate kelas XII ips 2 mas =D
BalasHapus